Allah SWT memperkuat dakwah Islam dengan masuknya dua lelaki besar dalam Islam, yaitu Hamzah, paman Nabi dan Umar bin Khatab. Kedua orang itu mempunyai keperibadian yang tangguh di Mekah di mana masing-masing dari mereka terkenal di tengah-tengah kaumnya. Allah SWT berkehendak untuk memberi Islam dua orang lelaki yang tangguh di Mekah dan Allah SWT telah meletakkan rahmat yang terpancar dalam hati mereka. Hamzah masuk Islam kerana dorongan emosi, fanatisme, dan rahmat terhadap orang-orang yang tidak memberikan pembelaan kepada Muhammad saw.
Salah seorang perempuan berkata kepada Hamzah: “Seandainya engkau melihat apa yang diperoleh oleh anak dari saudaramu, Muhammad dari Abil Hakam bin Hisyam (Abu Jahal). Sungguh Abu Jahal telah mencelanya dan menyakitinya, sedangkan Muhammad hanya terdiam dan tidak mengatakan apa-apa.” Mendengar pengaduan itu, darah mendidih berkobar dalam urat-urat Hamzah. Dengan kemarahan yang sangat, Hamzah mencari-cari Abu Jahal lalu ia melihatnya sedang duduk-duduk di tengah-tengah kaumnya. Hamzah mengangkat tangannya lalu memukulkannya ke kepala Abu Jahal sambil berteriak: “Apakah engkau akan mengejek Muhammad, padahal aku berada di atas agamanya.”
pic hosted @ electromagnet.photobucket
Demikianlah permulaan keislaman Hamzah. Hamzah adalah seorang yang mulia di mana perasaannya berkobar ketika ia melihat anak saudaranya diseksa dan dianiayai dan dia tidak mendapati seorang pun yang membelanya. Beginilah sebab-sebab pertama dari keislaman Hamzah, namun sebab yang paling dalam dan yang paling menentukan adalah rahmat Allah SWT yang telah dianugerahkan kepadanya, meskipun Hamzah tidak mengetahuinya, yaitu rahmat yang mendorongnya untuk tidak membiarkan seseorang pun menyakiti lelaki yang berdakwah di jalan Allah SWT hanya kerana ia seorang yang lemah dan tidak mempunyai penolong. Jadi, Hamzah adalah penolongnya.
Sedangkan Umar bin Khatab terkenal dengan ketangguhan sikap dan kekerasan perilaku. Seringkali kaum Muslim mendapat seksaan darinya ketika ia masih menganut jahiliah. Dan salah seorang yang mendapatkan seksaan darinya adalah Amir bin Rabi’ah dan isterinya. Amir berserta isterinya menetapkan untuk berhijrah ke Habasyah. Umar bin Khatab menemuinya lalu ia mendapati isteri Amir dan tidak menemukan suaminya. Umar melihat wanita itu sedang bersiap-siap untuk berhijrah lalu Umar berkata (saat itu sumber rahmat telah memancar pada dirinya): “Apakah engkau akan pergi wahai Ummu Abdillah?” Dengan nada jengkel, wanita itu berkata: “Benar, demi Allah kami akan keluar dan menuju tanah Allah SWT. Engkau telah menyeksa kami dan telah memaksa kami untuk berhijrah. Kami akan pergi sehingga Allah SWT akan memberikan kelapangan kepada kami.” Umar berkata: “Mudah-mudahan Allah SWT menemanimu.”
Wanita itu melihat tanda-tanda kelembutan dan kesedihan pada wajah Umar. Dan ketika suaminya kembali, ia menceritakan kepadanya bahawa ia sangat berharap kepada keislaman Umar. Lalu suaminya menjawab: “Ia tidak mungkin masuk Islam sampai keldai Umar masuk Islam.” Ia mengatakan demikian kerana ia melihat betapa bengisnya dan kejamnya Umar. Namun perasaan lembut wanita itu lebih kuat daripada pandangan fikiran lelaki itu dan keputusannya yang terlalu cepat kepada Umar.
Belum lama mereka berhijrah sehingga Umar masuk Islam. Orang-orang muhajirin mengeluarkan penutup sumur rahmat dalam dirinya. Dan barangkali Umar merasa kebingungan lalu ia menetapkan untuk membunuh Rasul saw. Dengan menghunuskan pedangnya, ia pergi menuju Rasul saw. Kemudian ia bertemu dengan orang-orang yang memergokinya dalam keadaan kebingungan, lalu mereka bertanya kepadanya, hendak ke mana ia akan pergi? Umar menjawab: “Aku hendak ke Muhammad aku akan membunuhnya sehingga orang-orang Arab merasa tenteram.” Dengan nada mengejek, seseorang berkata: “Tidakkah engkau memulai dari keluargamu sebelum engkau membunuh Muhammad.” Dengan nada jengkel, Umar berkata: “Apa yang terjadi pada keluargaku?” Lelaki itu menjawab: “Saudara perempuanmu dan suaminya telah masuk Islam, sedangkan engkau tidak mengetahuinya.” Umar segera mencari saudara perempuannya dan suaminya di mana saat itu keduanya sedang membaca Al-Qur’an.
Ketika melihat Umar, mereka menyembunyikan Al-Qur’an. Umar bertanya: “Sepertinya aku mendengar suara bisikan dari luar.” Tetapi saudara perempuannya mengatakan: “Tidak.” Kemudian suaminya ikut campur dan Umar pun tampak marah kepadanya. Wanita itu bangkit untuk membela suaminya lalu Umar memukulnya sehingga darah segar mengucur darinya. Darah itu justru membangkitkan sumber rahmat dari diri Umar. Akhirnya, Umar mengambil air wuduk agar mereka mengizinkan untuk membaca Al-Qur’an. Umar pun membacanya. Belum lama Umar membacanya sehingga ia pergi menemui Rasul saw.
Tanpa ragu, Umar memilih untuk masuk Islam. Dan pedang yang dibawanya itu menjadi pedang yang paling kuat yang dengannya ia mempertahankan agama Muhammad saw. Kemudian ia mengetuk pintu untuk menemui Rasul saw di mana saat itu beliau bersama sahabatnya. Dari celah-celah pintu, sahabat Nabi melihat Umar bin Khatab sedang menghunuskan pedang. Kemudian sahabat itu kembali kepada Nabi dengan membawa berita yang sangat mengejutkan ini. Ia menduga bahawa Umar datang dengan maksud jahat.
Rasulullah saw bangkit dan memerintahkan para sahabatnya agar membiarkan Umar. Rasulullah saw membukakan pintu Kemudian ia menyambut Umar bin Khatab dan bertanya kepadanya apa yang diinginkannya. Umar menjawab bahawa ia datang untuk mengucapkan dan bersaksi bahawa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan-Nya.
Orang-orang Quraisy mulai merasa bahaya akan mereka temui setelah keislaman Umar dan Hamzah. Para tokoh-tokoh Mekah dan orang-orang yang dihormati telah masuk Islam. Sebelum Umar masuk Islam, kaum Muslim bertawaf di Ka’bah secara rahsia dan dengan malu-malu, namun ketika Umar masuk Islam ia menampakkan keislamannya dan ia menantang orang yang mencegahnya untuk bertawaf, bahkan banyak orang-orang memberikan jalan padanya saat tawaf. Mekah mengetahui bahawa ia menghadapi suatu dakwah yang akan dapat mengubah jazirah Arab.
Rasa ketakutan mulai menghantui para pemuka Quraisy dan mereka menetapkan metode baru untuk menghadapi kaum Muslim. Mereka yang sebelumnya menggunakan metode penghinaan dan pengejekan kini mulai mencuba untuk memblokade kaum Muslim secara ekonomi dan kemanusiaan. Kaum musyrik mengadakan perkumpulan dan pertemuan untuk memboikot kaum Muslim. Mereka mengadakan pertemuan itu di Ka’bah, sebagai penghormatan kepadanya. Orang-orang musyrik menghormati Ka’bah meskipun mereka memenuhinya dengan berbagai macam patung yang mereka sembah dalam rangka mendekatkan mereka kepada Allah. Pasal kesepakatan itu menetapkan, hendaklah penduduk Mekah tidak menjual barang apapun kepada kaum Muslim dan hendaklah mereka tidak menikah dengan kaum Muslim. Dengan ketetapan yang kejam tersebut, mereka ingin menghancurkan kaum Muslim dan membunuh perekonomian mereka. Rasulullah saw dan orang-orang yang beriman kepadanya terpaksa berlindung di dusun Bani Hasyim. Mereka dilindungi oleh keturunan Bani Muthalib, baik mereka orang-orang kafir mahupun orang-orang beriman kecuali musuh Allah SWT, Abu Jahal di mana ia bersama orang-orang Quraisy menentang kaumnya.
Kemudian Dimulailah blokade ekonomi terhadap kaum Muslim di mana tidak ada makanan dan minuman yang datang kepada mereka, sehingga penderitaan yang sulit kini dialami oleh sahabat-sahabat Nabi. Ketika kafilah perdagangan datang ke Mekah dan salah seorang dari sahabat Nabi menemui mereka di pasar untuk membeli makanan untuk keluarganya, maka Abu Lahab berdiri dan berkata kepada para penjual, wahai para pedagang, mahalkanlah dagangan kalian terhadap sahabat- sahabat Muhammad, sehingga mereka tidak mampu membelinya dan aku menjamin kerugian yang kalian alami, bahkan aku akan membeli apa saja yang ingin mereka beli dari kalian.
Mendengar hal tersebut, para pedagang pun menjual barang dagangannya dengan harga yang tidak wajar, sehingga seorang Muslim kembali ke rumah keluarganya tanpa membawa sedikit pun makanan. Kemudian pedagang itu pergi ke Abu Lahab dan meminta kepadanya agar membeli barang yang ingin dibeli orang Muslim. Demikianlah peperangan tersebut terus terjadi sehingga kaum Muslim merasakan penderitaan yang sangat luar biasa di mana mereka dalam keadaan kelaparan dan kekurangan pakaian yang layak. Peperangan ekonomi ini terjadi selama tiga tahun penuh. Saking menderitanya para sahabat sampai-sampai Sa’ad bin Abi Waqas pernah keluar pada suatu hari untuk memenuhi hajatnya, lalu ia mendengar suara gemerencing di bawah air kencing. Tiba-tiba ia menemukan sepotong kulit unta yang kering lalu ia mengambilnya dan membasuhnya. Kemudian ia membakarnya dan mencucinya dengan air sampai bersih lalu ia menjadikannya makanan selama tiga hari.
Selama tiga tahun tersebut wahyu tetap turun kepada Rasul saw dan seakan-akan ia melupakan bencana yang keras ini. Allah SWT ingin mendidik para pengikut agama-Nya agar mereka mampu memikul segala penderitaan.
Meskipun kaum Muslim mendapatkan berbagai ujian selama tiga tahun tersebut, tetapi aktiviti dakwah Islam tidak pernah padam dan tidak pernah surut. Kaum Muslim bertemu orang-orang selain mereka pada musim haji lalu mereka berbicara kepada orang-orang tersebut tentang keberadaan Allah SWT dan mereka meminta kepada para penghujung itu untuk mencari rahmat Allah SWT dan ampunan-Nya. Keteguhan kaum Muslim dan keberanian mereka telah memikat banyak orang sehingga mereka masuk Islam. Bahkan orang-orang musyrik mulai bertanya kepada diri mereka dan mempertanyakan kebenaran apa tindakan mereka. Lalu kecemburuan kepada kebenaran mulai menyerang hati.
Kemudian Selesailah peperangan ekonomi terhadap kaum Muslim di mana kaum musyrik melihat itu tidak berdampak terlalu besar bagi kaum Muslim. Meskipun kaum Muslim menerima penderitaan dan kerugian namun jumlah mereka tetap bertambah dan keimanan mereka semakin kuat serta kepercayaan kepada Allah SWT pun semakin meningkat. Lalu datanglah tahun kesedihan kepada Nabi. Belum lama Rasulullah saw merasakan dan menghirup udara segar setelah tiga tahun masa blokade dan beliau ingin memulai kehidupan barunya dan dakwahnya, sehingga beliau dikejutkan dengan kematian isteri tercintanya Ummul Mukminin Khadijah dan kematian bapa saudaranya yang tercinta Abu Thalib.
Abu Thalib adalah seorang yang besar yang memiliki kewibawaan di tengah-tengah kaum Quraisy, sehingga usaha kaum Quraisy untuk menyakiti Nabi menjadi terbatas ketika mereka berhadapan dengan “tembok perlindungan” Abu Thalib kepada kemenakannya. Sedangkan Khadijah merupakan tempat perlindungan dan kedamaian bagi Nabi. Ia adalah hati yang sangat penyayang yang banyak menghibur Nabi saat beliau berdakwah. Khadijah adalah sebaik-baik teman dan sebaik-baik isteri. Begitu juga, bagi Khadijah Rasulullah saw adalah sebaik-baik teman, sebaik-baik suami, sebaik-baik pembantu, dan sebaik-baik sahabat.
Rasulullah saw sangat sedih ketika kehilangan dua orang yang sangat berpengaruh dalam kehidupannya itu, bahkan para sejarawan menamakan tahun tersebut dengan tahun kesedihan. Sebaliknya, orang- orang musyrik justru bergembira dengan kesedihan Rasul saw itu. Mereka menganggap bahawa Rasul saw tidak lagi memiliki seorang tua yang mampu melindunginya dan tidak lagi memiliki seorang isteri yang dapat meringankan beban penderitaannya.
Sumber dari: http://jaipk.perak.gov.my/index.php/Kisah-Para-Anbia-/Nabi-Muhammad-s.a.w.html dan http://harmoni-my.org/arkib/kisahnabi/ [lebih kurang sama saja]