Ini adalah peperangan pertama yang dilalui oleh Islam. Hendaklah kaum Muslim harus meninggalkan dorongan kemanusiaan mereka, yakni orang- orang kafir harus dibunuh agar musuh-musuh Allah SWT mengetahui bahawa Islam telah memilih darah. Allah SWT telah mendukung Umar bin Khattab dalam Al-Qur’an sehingga Nabi saw dan Abu Bakar menangis ketika keduanya menyedari kesalahan mereka pada hari berikutnya, lalu Umar memergoki mereka dalam keadaan menangis dan ia bertanya, “apa yang menyebabkan Rasulullah saw dan temannya di gua menangis?” Kemudian Rasulullah saw membaca Al-Qur’an:
“Tidak patut bagi seorang Nabi mempunyai tawanan sebelum ia dapat melumpuhkan musuhnya di muka bumi. Kamu menghendaki harta benda duniawi sedangkan Allah menghendaki (pahala) akhirat (untukmu). Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Kalau sekiranya tidak ada ketetapan yang telah terdahulu dari Allah, nescaya kamu ditimpa seksaan yang besar kerana tebusan yang kamu ambil.” (QS. al-Anfal: 67-68)
Kedua ayat itu mengatakan bahawa ini bukan saatnya melindungi para tawanan dan berusaha untuk menebus mereka. Waktu Demikian belum saatnya. Nabi tidak berhak memiliki tawanan kecuali jika ia telah melakukan banyak peperangan dan banyak berjihad dan telah banyak membunuh dan dakwahnya telah mapan.
Kedua ayat tersebut menyingkap tujuan di balik penebusan tawanan: “Kamu menghendaki harta benda duniawi sedangkan Allah menghendaki (pahala) akhirat (untukmu).”
Demikianlah pemikiran yang mempertimbangkan keadaan-keadaan aktual yang sulit. Itu adalah pemikiran yang bersifat taktik sebagaimana yang kita ungkapkan dalam istilah moden dan bukan pemikiran yang bersifat strategis. Kemudian para tawanan tersebut bukan tawanan biasa tetapi menurut istilah moden mereka adalah penjahat-penjahat perang. Oleh kerana itu, nyawa mereka harus ditumpahkan saat mereka dapat ditangkap, meskipun mereka memiliki kekayaan yang banyak atau kedudukan yang tinggi. Islam tidak mengakui kekayaan atau kedudukan, yang diakuinya adalah keimanan, sedangkan pertimbangan-pertimbangan duniawi lainnya tidak dihiraukan oleh Islam.
Nas Al-Qur’an memperingatkan orang-orang yang menang bahawa kesalahan mereka bisa berakibat pada datangnya seksaan yang bakal mereka terima tetapi Allah SWT mengampuni mereka dan menurunkan rahmat-Nya: “Kalau sekiranya tidak ada ketetapan yang telah terdahulu dari Allah, nescaya kamu ditimpa seksaan yang besar kerana tebusan yang kamu ambil.”
Seksaan tersebut memang lebih dekat daripada pohon yang dekat ini, kemudian Allah SWT mengampuni mereka dan Allah SWT mengampuni sahabat-sahabat yang terjun di perang Badar, baik dosa yang lalu mahupun dosa mereka yang akan datang. Demikianlah Al-Qur’an ingin mendidik kaum Muslim agar mereka tidak banyak mempertimbangkan urusan manusiawi saat berperang. Jadi, Islam memulai peperangannya yaitu peperangan yang hanya ditujukan kepada Allah SWT dan hendaklah peperangan tersebut dihilangkan dari pertimbangan-pertimbangan yang sulit sehingga sahabat-sahabat Nabi mengetahui bahawa kecenderungan kepada kesenangan duniawi akan berakibat pada kekalahan mereka.
Dalam peperangan Uhud jumlah kaum musyrik tiga ribu sedangkan jumlah kaum Muslim tiga ratus pasukan setelah pemimpin orang-orang munafik Abdullah bin Saba’ mengundurkan diri pasukan. Kaum Muslim diletakkan di gunung dan Rasulullah saw membuat rencana yang jitu untuk memenangkan pertempuran di mana beliau membagi pasukan pemanah di puncak gunung untuk melindungi punggung kaum Muslim dan melindungi mereka dari serangan dari arah belakang. Rasulullah saw memberi pengertian kepada pasukan panah itu agar mereka tetap di tempatnya baik kaum Muslim menang mahupun kalah. Yakni bahawa pasukan pemanah tidak boleh turun dari gunung dan meski berusaha untuk melindungi kaum Muslim. Rasulullah saw berkata kepada mereka. “lindungilah punggung-punggung kami. Jika kalian melihat kami sedang bertempur, maka kalian tidak usah turun darinya dan tidak usah menolong kami, dan jika kalian melihat kami memperoleh kemenangan dan mengambil ganimah, maka kalian tidak boleh ikut serta bersama kami.”
Setelah membuat keputusan tersebut, Rasulullah saw kembali ke pasukan yang lain, lalu beliau membikin suatu rencana untuk menyerang. Dan Dimulailah peperangan kemudian pasukan Islam mendorong pasukan musyrik laksana angin yang kencang yang memporak-porandakan ribuan kaum musyrik. Pada tahap pertama pasukan Islam tampak menguasai medan dan berhasil menyapu kaum musyrik sehingga pasukan Mekah tampak berputus asa meskipun mereka unggul secara bilangan dan meskipun mereka memiliki kekuatan persenjataan yang lengkap, pasukan Mekah justru dikejutkan dengan ketangguhan pasukan Muslim yang dapat memukul mundur mereka hingga mereka membayangkan bahawa mereka tidak dapat memenangkan peperangan atau dapat bertahan di hadapan pasukan Muslim.
Debu-debu peperangan mulai berterbangan yang menyertai tanda-tanda kekalahan pasukan Mekah. Sementara itu, para pemanah yang diletakkan Rasulullah saw di suatu tempat yang strategis berfikir untuk memperoleh ganimah. Pasukan Mekah telah kalah dan mereka telah melarikan diri dari pasukan Muslim, maka bagaimana seandainya para pemanah turun dari tempat mereka untuk mengumpulkan harta rampasan dan ganimah. Rasulullah saw telah mengingatkan mereka agar jangan meninggalkan tempat mereka, apa pun yang terjadi tetapi pasukan pemanah itu justru berkhianat dan menentang perintah Nabi saw setelah mereka membayangkan bahawa peperangan telah selesai dan keuntungan akan diperoleh pasukan Madinah yang beriman.
Pasukan pemanah mengira bahawa Allah SWT akan menutupi kesalahan mereka dan akan melindungi mereka sehingga mereka berhasil mengambil harta rampasan dan ganimah. Sungguh keikhlasan telah tercabut dari hati sebahagian pasukan. Belum lama hal tersebut berlangsung sehingga terjadilah perubahan yang drastik pada peperangan. Pemimpin pasukan berkuda musyrik dalam peperangan Uhud yaitu Khalid bin Walid yang kemudian ia menjadi tokoh Muslim adalah orang yang sangat genius dalam peperangan. Begitu ia melihat pasukan pemanah lari dari tempat mereka, maka ia melihat celah yang terbuka di tengah-tengah kaum Muslim, sehingga ia segera memutarkan kudanya dan disertai pasukan yang mengikutinya. Kemudian ia menyerang kaum Muslim dari belakang. Serangan yang dilakukan Khalid itu sangat cepat dan sangat mengejutkan. Orang-orang musyrik mengambil kesempatan emas. Mereka yang tadinya lari, kini mereka menarik diri dan justru menyerang kembali.
Pasukan Muslim dikepung dari dua arah oleh pasukan berkuda: satu dari belakang dan yang lain dari depan. Kemudian berjatuhanlah korban- korban dari pasukan Muhammad bin Abdillah. Banyak di antara mereka yang mati sebagai syahid saat mempertahankan dan melindungi Rasulullah saw, bahkan sang Nabi pun hidungnya terluka dan giginya pun runtuh dan kepala beliau yang mulia terluka sehingga beliau mengucurkan darah.
Kemudian tersebarlah isu bahawa Muhammad saw telah meninggal. Ketika mendengar itu, kaum Muslim sangat terpukul dan sangat sedih sehingga kaum Muslim pun terpecah-pecah. Sebahagian mereka kembali ke Mekah dan sekelompok yang lain ke atas gunung dan mereka tetap menjaga Nabi saw yang mulia. Ketika mendengar kematian Nabi, Anas bin Nadhir berkata kepada kaumnya: “Bangkitlah kalian dan matilah seperti kematiannya. Apa yang kalian lakukan setelah kalian hidup sesudahnya.”
Pasukan Muslim tetap bertahan dan melakukan peperangan, lalu tekanan kaum musyrik semakin berat kepada Nabi saw dan para sahabatnya. Kemudian terjadilah kejadian yang paling sulit dalam sejarah umat Islam. Nabi saw berteriak saat melihat kaum musyrik menekannya dan berusaha membunuhnya: “Barang siapa yang dapat mengusir mereka dariku, maka baginya syurga.”
Mendengar perkataan itu, kaum Muslim segera mengitari Nabi saw dan melindungi beliau sehingga banyak dari mereka berguguran sebagai syahid. Bahkan sahabat-sahabat Abu Juanah melindungi Nabi saw sampai- sampai punggungnya dipenuhi dengan anak-anak panah. Ia bagaikan baju besi yang dipakai kepada Nabi saw dan ia tetap kukuh melindungi Nabi saw. Kemudian berubahlah keadaan kerana keteguhan dan keberanian yang diperlihatkan oleh kaum Muslim. Pasukan Mekah merasa puas dan mereka memilih untuk menarik diri. Saat itu orang-orang Quraisy tidak lebih sedikit penderitaannya daripada orang-orang Muslim.
Dipetik daripada: http://jaipk.perak.gov.my/index.php/Kisah-Para-Anbia-/Nabi-Muhammad-s.a.w.html dan http://harmoni-my.org/arkib/kisahnabi/ [lebih kurang sama saja]
Filed under - Utusan Terakhir - Muhammad SAW
No Comments so far.
Tags: kisah nabi, kisah nabi muhammad, kisah utusan terakhir, muhammad, nabi muhammad